RSS

Laporan Hujan Lab.Agroklimatologi

PENDAHULUAN


Latar Belakang
Pembentukan dan keberadaan awan tidak menjamin bahwa hujan akan terjadi. Adalah biasa kalau suatu lapisan awan telah ada selama beberapa hari tanpa adanya hujan. Butir-butir awan yang kecil tetap terapung dalam udara yang naik dimana butir-butir tersebut terbentuk. Tetapi dalam keadaan yang lain, hanya dibutuhkan waktu kurang dari 30 menit untuk terbentuknya awan dan mulainya turunnya hujan yang lebat (Trewartha dan Horn, 1995).
Seperti yang diketahui setiap para petani mudah untuk mengukur curah hujan. Suatu ember biasa atau suatu guci ditempatkan daerah terbuka, jauh dari pohon atau bangunan, dapat memberi pengukuran yang dapat dipercaya. Instrumen yang digunakan oleh Badan Meteorologi Nasional dari tahun ke tahun, dalam beberapa hal, digunakan suatu kaleng timah. Mempunyai diameter 20 cm yang menyalurkan air ke dalam suatu silinder bersekat yang berukuran sepersepuluh mulutnya. Sebagai hasilnya, suatu 1-cm curah hujan menghasilkan suatu kolom air 10 cm di dalam silinder (Battan, 1984).
Pola curah hujan di Indonesia Secara Astronomis Indonesia terletak diatara 6º Lu dan 11º Ls dan sebagian besar berada di sekitar khatulistiwa dan memiliki curah hujan yang cukup besar terutama di Indonesia bagian barat, dengan rata curah hujannya 2.000 – 3.000.m/tahun dan semakin ke arah timur curah hujannya semakin kecil kecuali Maluku dan Papua. Curah hujan di Indonesia tidak terlepas dipengaruhi oleh angin muson barat dan angin muson timur. Angin muson barat pada bulan Januari tekanan udara tinggi berada di atas Asia sedangkan tekanan rendah berada di atas Australia, angin ini berhembus di atas Lautan Pasifik banyak membawa uap air dan akhirnya menurunkan hujan di wilayah Indonesia bagian barat dan berlangsung antara bulan Oktober – April atau musim hujan                  (http://e-dukasi.net, 2009).
Teori bergeron didasarkan pada keadaan bahwa di bawah 0°C, tekanan uap air di atas es turun lebih cepat dari pada di atas air “supercooled” (diantara −5°C dan −25°C), (supercooled fase air di bawah titik beku). Jadi bila es dan air supercooled berada bersama di awan, air akan cenderung menyublim langsung di atas kristal es (Manan, 1979).
Hujan terjadi dari adanya udara lembab yang esensial. Jika udara terlalu kering, hujan dapat jatuh dari awan dan tidak pernah menjangkau tanah. Jejak hujan yang kelihatan tidak menjangkau tanah itu disebut virga. Asumsi bahwa suatu massa udara lembab, ada empat penyebab utama timbulnya hujan. Semua penyebab ini mempunyai ini mempunyai pengaruh bagaimana membuat udara yang hangat naik. Pada kenaikan tekanan yang lebih rendah bergerak ke arah yang lebih luas dan kehilangan panas, resultan yang mendingin berarti lebih sedikit embun yang dapat ditahan dan hujan terjadi (Griffiths, 1976).
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan adalah untuk mengukur dan mengetahui besarnya curah hujan yang jatuh pada permukaan horizontal pada periode pengamatan tertentu.

Kegunaan Percobaan
-     Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal tes di Laboratorium Agroklimatologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
-     Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA
 


Udara naik yang mencapai dan melewati ketinggian kondensasi untuk menghasilkan awan tidak menghasilkan sedikitpun hujan dan butir air ini terlalu kecil untuk jatuh sebagai hujan. Ada beberapa teori tentang pembentukan butir-butir hujan yang sangat diterangkan secara sederhana yaitu (1) teori Bergeron, didasarkan pada keadaan bahwa di bawah 0oC. (2) teori tubrukan atau penyatuan, berkembang dari awan panas di mana tidak ada kristal es dan oleh karena itu teori Bergeron tidak dapat digunakan (Guslim, 2009).
Dari hasil-hasil evaporasi (penguapan-penguapan air) serta transpirasi (penguapan melalui tanaman) maka terbentuklah awan. Awan ini pada akhirnya akan mengembun (berkondensasi) dan cenderung menimbulkan hujan (presipitasi). Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa hujan itu merupakan butir-butir air (Kartasapoetra, 1993).
Di dalam menggunakan ekspetasi curah hujan di pertanian (khususnya ekspetasi minimum), juga perlu untuk memperkirakan kebutuhan air tanaman. Jika mengasumsikan bahwa curah hujan yang hilang sama dengan evapotranspirasi, kemudian evapotranspirasi, yang mana diukur secara langsung atau diperoleh dari data cuaca lainnya, dapat digunakan untuk kebutuhan curah hujan perkiraan (Williams and Joseph, 1970).
Hujan memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi. Lembaban dari laut menguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, lalu turun kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut melalui sungai dan anak sungai untuk mengulangi daur ulang itu semula. umlah air hujan diukur menggunakan pengukur hujan atau ombrometer. Ia dinyatakan sebagai kedalaman air yang terkumpul pada permukaan datar, dan diukur kurang lebih 0.25mm. Satuan curah hujan menurut SI adalah milimeter, yang merupakan penyingkatan dari liter per meter persegi. Biasanya hujan memiliki kadar asam pH 6. Air hujan dengan pH di bawah 5,6 dianggap hujan asam (http://id.wikipedia.org, 2009).
Selain itu terbentuk pula hujan yang panas yang terbentuk bila hujan jatuh melalui lapisan yang sangat dingin dekat tanah dan evaporasi dari butir air akan menjenuhkan lapisan. Terbentuknya kabut diatas dapat dicegah dengan cara-cara kontrol dari kabut panas, kontrol terhadap kabut lewat dingin, kontrol kabut es (Pessy, 1982).

BAHAN DAN METODE
 


Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Agroklimatologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada ketinggian ± 25 m dpl pada hari Rabu, 8 September 2009 pada jam 14.00 WIB sampai dengan selesai.
Bahan dan Alat Percobaan
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah air hujan sebagai objek percobaan.
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah observatorium sebagai alat untuk mengukur banyaknya air hujan yang terdiri dari corong yang dapat dilepas dari bagian badannya, reservoar sebagai tempat penampung air hujan, gelas penakar air hujan yang mempunyai skala sampai 25 mm, tabung penyangga sebagai alat penyangga corong dan reservoar dan tabung kalibrasi untuk mengukur volume air hujan.
Gambar Alat

-        Alat pengukur curah hujan









- Reservoar












-        Corong    
        
- Tabung Kalibrasi







Prosedur Percobaan
-        Diambil alat percobaan dan diletakkan di lapangan.
-        Didiamkan dan diamati selama 1 x 24 jam, untuk diketahui curah hujan.
-        Diambil dan diletakkan pada tabung kalibrasi hasil pengamatan untuk diketahui jumlah air hujan.
-        Diambil buku data dan dicatat hasil perhitungannya.


HASIL DAN PEMBAHASAN
 


Hasil
Data Pengamatan Lapangan
No.
Waktu pengamatan
Jumlah air
Curah Hujan
1.
8-9-2009 s.d 9-9-2009
0 mm
0 mm

Data Pengamatan BMG
TGL
CURAH HUJAN (mm) DITAKAR JAM 07.00
1
4,0
2
2,7
3
-
4
-
5
12,3
6
22,3
7
TTU
8
50,7
9
-
10
8,0
11
-
12
-
13
2,0
14
-
15
-
16
-
17
-
18
-
19
-
20
1,0
21
-
22
2,0
23
-
24
-
25
0,9
26
-
27
0,6
28
-
29
12,4
30
1,9
31
TTU
JMLH
120,8
RATA2
15 mm

Perhitungan
0 mm = 0 cm
= 0 cm2 = 0 ml

Pembahasan

Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa curah hujan rata-rata dari data BMG adalah sebesar 15 mm. Hal ini menunjukkan bahwa hujan merupakan salah satu siklus hidrologi, dimana terjadi terus menerus selama perputaran siklus. Air  menguap keatas lalu turun ke permukaan  lagi dan menguap lagi. Hal ini sesuai dengan literatur http://id.wikipedia.com (2009) yang menyatakan bahwa Hujan memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi. Lembaban dari laut menguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, lalu turun kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut melalui sungai dan anak sungai untuk mengulangi daur ulang itu semula.
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa curah hujan tertinggi dari data BMG adalah sebesar 22,3 mm. Hal ini menunjukkan bahwa tingginya suhu yang lembab menyebabkan banyaknya hujan terjadi karena asumsi suatu massa udara yang lembab tersebut. Hal ini sesuai dengan literatur Griffiths (1976) yang menyatakan bahwa Hujan terjadi dari adanya udara lembab yang esensial. Jika udara terlalu kering, hujan dapat jatuh dari awan dan tidak pernah menjangkau tanah. Jejak hujan yang kelihatan tidak menjangkau tanah itu disebut virga. Asumsi bahwa suatu massa udara lembab, ada empat penyebab utama timbulnya hujan lebat. Semua penyebab ini mempunyai pengaruh bagaimana membuat udara yang hangat naik. Pada kenaikan tekanan yang lebih rendah bergerak ke arah yang lebih luas dan kehilangan panas, resultan yang mendingin berarti lebih sedikit embun yang dapat ditahan dan hujan pun terjadi.
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa curah hujan terendah dari data BMG adalah sebesar 0,6 mm. Hal ini menunjukkan bahwa sedikitnya pembentukan awan menyebabkan curah hujan menjadi rendah, selain itu faktor kondensasi dan butir air yang kecil dapat menyebabkan curah hujan menjadi rendah atau tidak ada sama sekali. Hal ini sesuai dengan literatur Guslim (2009) yang menyatakan bahwa udara naik yang mencapai dan melewati ketinggian kondensasi untuk menghasilkan awan tidak menghasilkan sedikitpun hujan dan butir air ini terlalu kecil untuk jatuh sebagai hujan.
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa curah hujan di lapangan adalah sebesar 0 mm. Hal ini menunjukkan bahwa dengan tidak adanya penguapan air maka akan tidak terbentuklah awan yang menghasilkan hujan, sehingga tidak didapat butir-butir air yang turun. Hal ini sesuai dengan literatur Kartasapoetra (1993) yang menyatakan bahwa dari hasil-hasil evaporasi (penguapan-penguapan air) serta transpirasi (penguapan melalui tanaman) maka terbentuklah awan. Awan ini pada akhirnya akan mengembun (berkondensasi) dan cenderung menimbulkan hujan (presipitasi). Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa hujan itu merupakan butir-butir air.


KESIMPULAN DAN SARAN
 


Kesimpulan
1.          Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa curah hujan di lapangan adalah sebesar 0 mm.
2.          Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa curah hujan tertinggi dari data BMG adalah sebesar 22,3 mm.
3.          Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa curah hujan terendah dari data BMG adalah sebesar 0,6 mm.
4.          Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa curah hujan rata-rata dari data BMG adalah sebesar 15 mm.
5.          Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa jumlah total keseluruhan curah hujan dari data BMG adalah sebesar 120,8 mm.

Saran
Sebaiknya setelah alat didiamkan selama 24 jam, praktikan harus segera mengambil data agar air hujan yang tertampung tidak berkurang akibat penguapan.


DAFTAR PUSTAKA
 


Battan, L. J., 1984. Fundamentals of Meteorology. PRENTICE-HALL, INC., Englewood Cliffs, N. J.
Griffiths, J. F., 1976. Applied Climatology An Introduction. Oxford University Press, Texas.
Guslim, 2009. Agroklimatologi. USU-Press, Medan.
http://e-dukasi.net., 2009. Iklim dan Curah Hujan. Diakses pada tanggal               10 November 2009.
http://id.wikipedia.org., 2009. Hujan. Diakses pada tanggal 10 November 2009.
Kartasapoetra, A. G., 1993. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Bumi Aksara, Jakarta.
Manan, E., 1979. Klimatologi Pertanian Dasar. ITB. Bogor.
Pessy, P. M. S., 1982. Modifikasi Iklim Mikro. IPB, Bogor.
Trewartha, G. T. dan L. H. Horn., 1995. Pengantar Iklim. Penerjemah Sri Andani. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Williams, C. N. and K. T. Joseph., 1970. Climate, Soil and Crop Production in the Humid Tropics. Oxford University Press, Singapore.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar