RSS

Lirik Lagu Derby Romeo & Gita Gutawa – Cinta Takkan Salah (OST Love In Perth) Gratis Chord Gitar Mp3 Index of Derby Romeo & Gita Gutawa – Cinta Takkan Salah (OST Love In Perth)

Lirik Lagu Derby Romeo & Gita Gutawa – Cinta Takkan Salah (OST Love In Perth) Gratis Chord Gitar Mp3 Index of Derby Romeo & Gita Gutawa – Cinta Takkan Salah (OST Love In Perth)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Free Download Lagu Sean Kingston ft Nicki Minaj -.mp3, Gratis index of Mp3 Mp4 3gp Video Sean Kingston ft Nicki Minaj - di intitle index-of-mp3.com, Monday 04th of October 2010 09:14:44 AM

Free Download Lagu Sean Kingston ft Nicki Minaj -.mp3, Gratis index of Mp3 Mp4 3gp Video Sean Kingston ft Nicki Minaj - di intitle index-of-mp3.com, Monday 04th of October 2010 09:14:44 AM

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Mencegah dan mengobati jerawat

Mencegah dan mengobati jerawat

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Laporan Transportasi Zat Hara Lab.Fistum

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Adapun judul laporan ini adalah “Transportasi Zat Hara” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada        Prof. Dr. Ir. J. A. Napitupulu, MSc., Prof. Dr. Ir. J. M. Sitanggang, MP.,               Ir. Meiriani, MP., Ir. Lisa Mawarni, MP., Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP., dan            Ir. Haryati, MP. selaku dosen mata kuliah Fisiologi Tumbuhan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada abang dan kakak asisten yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan di masa mendatang.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

        Medan, November 2009
          Penulis
DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR……………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..ii
PENDAHULUAN
            Latar Belakang…………………………………………………………….1
            Tujuan Percobaan………………………………………………………….2
            Kegunaan Percobaan………………………………………………………3

TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………….4

BAHAN DAN METODE
            Waktu dan Tempat Percobaan…………………………………………….7
            Bahan dan Alat Percobaan……………………..………………………….7
            Prosedur Percobaan………………………………………………………..7

HASIL DAN PEMBAHASAN
            Hasil……………………………………………………………………….9
            Perhitungan……………………………………………………………......9
            Pembahasan………………………………………………………………10

KESIMPULAN DAN SARAN
            Kesimpulan………………………………………………………………12
            Saran……………………………………………………………………...12

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...13

LAMPIRAN
















TRANSPORTASI ZAT HARA
 

LAPORAN
OLEH :
ASHRAFIDA RAHMAH
080301013
BDP-AGRONOMI






     
 


















LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
TRANSPORTASI ZAT HARA
 

LAPORAN
OLEH :
ASHRAFIDA RAHMAH
080301013
BDP-AGRONOMI



Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Praktikal Test
di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan

Ditugaskan Oleh:
Dosen Penanggung Jawab Laboratorium


(Prof. Dr. Ir. J. A. Napitupulu, M.Sc.)
NIP: 130 231 557
   Diketahui Oleh:                                                                  Diperiksa Oleh:
Asisten Koordinator                                                             Asisten Korektor


( R.K.Deta Sitohang )                                                           (       Fenny        )
  NIM: 050301021                                                                NIM: 060301046


LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

PENDAHULUAN

Latar Belakang

            Transportasi tumbuhan adalah proses pengambilan dan pengeluaran zat-zat keseluruh bagian tubuh tumbuhan, pada tumbuhan tingkat rendah, penyerapan air dan zat hara terlarut didalamnya dilakukan melalui seluruh bagian tubuh. Pada tumbuhan tingkat tinggi proses pengangkutan dilakukan pembuluh pengangkut yang terdiri dari xilem dan floem (Teddy, 2009).
            Sebagian besar unsur hara dibutuhkan tanaman, diserap dari larutan tanah melalui akar, kecuali karbon dan oksigen yang diserap dari udara oleh daun. Penyerapan unsur hara secara umum lebih lambat dibandingkan dengan penyerapan air oleh akar tanaman (lakitan, 1999).
            Pengambilan zat kedalam sel merupakan proses yang amat kompleks dan baru sedikit terungkap. Banyak inhibisi metabolik dan fenomena kompetisi antara substrat-substrat yang disampaikan bersama-sama, jelas dapat dikembalikan pada mekanisme pengatur yang sudah bekerja sejak transport zat berlangsung (Schlegel, 1999).
            Apabila air dan ion mineral memasuki xilem, keduanya diangkut kesemua bagian tumbuh-tumbuhan. Pengangkutan tidak perlu cepat, tetapi mekanisme yang digunakan itu harus dapat mengangkut bahan-bahan pada jarak yang jauh karena xilem mengandung dua jenis unsur penyalur yaitu vesel dan trakeid. Vesel menyediakan jalan terbaik karena vesel itu membentuk saluran selanjar yang berongga penuh dari akar hingga ke daun (Mader, 1995).
            Garam-garam mineral dari air tanah dan keduanya diabsorbsi oleh akar. Mineral-mineral itu diabsorbsi dan diakumulasikan dari xilem diserap ke akar dan didistribusikan ketanaman dengan cara transportasi, jadi transpirasi sangat efisien dalam transportasi dan distribusi zat hara dari akar ke daun                               (Mukherji dan Ghosh, 1996).
            Transportasi sejauh ini hanya efektif melalui jaringan pengantar yang berspesialisasi, yaitu xilem dan floem yang meluas sebagai sistem pembuluh bersinambung diseluruh bagian tumbuhan. Hara tanah bergerak keatas dari atas kebagian atas tanah dalam unsur trakeid (xilem) bahan terlarut anorganik yang diserap dari tanah oleh sel-sel akar yang hidup dilewatkan kedalam lumen berair dari unsur trakeid (Loveless, 1991).
            Pada awalnya, diperkirakan air naik kepermukaan atau bagian atas tanaman karena adanya tekanan dari luar. Hal ini didasarkan atas fakta bahwa jika batang tanaman dipotong dan kemudian dihubungkan dengan selang maka air didalam selang akar terpotong keatas karena tekanan yang berasal dari akar (Lakitan, 1995).

Tujuan Percobaan

            Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui daerah pengangkutan zat hara pada tanaman    Pacar air    (Balsamina impatient)       dan
Bayam duri (Amaranthus sp.)


Kegunaan Percobaan

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Test di Laboratorium     Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
-  Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.




















TINJAUAN PUSTAKA

            Untuk mengetahui ada atau tidak adanya kemungkinan perembasan tersebut, diadakan dimana kulit (floem) tanaman dipisahkan dari kayu (xilem) dengan suatu lapis kertas. Pengangkutan unsur hara dari tanah itu terutama lewat xilem, kedua bahwa unsur tersebut melintas kebagian floem secara bebas sehingga pengangkutan unsur-unsur anorganik dari tanah kedaun itu terutama lewat xilem dan organik melewati floem (Dwidjoseputro, 1994).
            Pada hakekatnya terdapat 2 cara pergerakan ion kearah akar tanaman : (1) dengan aliran massa dalam air bergerak masuk menembus tanah menuju akar. Hal ini sangat penting dalam pertanian tetapi sedikit dipengaruhi oleh akar dan tidak akan dibahas. (2) difusi, gradien konsentrasi dihasilkan oleh pengambilan ion pada permukaan akar (Fitter dan Hay, 1991).
            Unsur hara dapat kontak dengan permukaan akar melalui 3 cara, yakni (1) difusi dalam larutan tanah (2) secara pasif terbawa oleh aliran air tanah (3) karena akar tumbuh kearah posisi hara tersebut, setelah berada pada permukaan akar, unsur hara tersebut dapat diserap oleh tanaman (Lakitan, 1999).
            Ketersediaan hara pada suatu titik tetap dalam tanah, dimana penyerapan oleh akar melibatkan pergerakan ion dari tanah kepermukaan akar karena akar-akar menyebar dalam tanah bahkan pada suatu horizon yang padat tidak akan menempati lebih dari 10 % ruangannya (Salisbury dan Ross, 1995).
            Air dan garam mineral akan diangkut kedaun melalui xilem, komponen utama penyusun xilem adalah trakea dan trakeid, trakea merupakan sel mati karena tidak mempunyai sitoplasma, sel trakeid merupakan sel dasr penyusun xilem, yang terdiri dari sel memanjang yang mengandung lignin                (Goldsworthy dan Fisher, 1996).
            Sel pengalir floem terdiri dari  sel tiup tapis yang berbaris suatu sudut kesudut lainnya dengan plat tapis menjadi sempadanya. Sitoplasma menjulur hingga keplat tapis sel-sel yang berdampingan untuk membentuk sistem tiup tapis selanjar yang menjulur dari akar kedaun, begitu pula sebaliknya (Wilmer, 1985).
            Penyerapan air dan zat hara yang terlarut didalam tanaman dilakukan oleh pembuluh pengangkut yang terdiri dari xilem dan floem dimana pengangkutan unsur-unsur anorganik dari tanah kedaun itu terutama lewat xilem dan organik melewati floem (Teddy, 2009).
            Sistem kerja xilem hanya dapat memfokuskan energi yang hanya dapat mentransportasikan unsur dalam tanaman ketas sehingga dapat memfokuskan energi yang dimilikinya untuk mengangkut unsur hara tersebut (Harron, 1980).
            Fungsi floem adalah sebagai alat transportasi zat anorganik. Kadar pergerakan ditentukan melalui analisis pengeluaran sap melalui stilet apid diantara dua bagian batang bergerak melalui floem                   (http://ahlusunnah.blogspot.com, 2009).
            Kecepatan pergerakan unsur hara dan pergerakan air dari bawah (akar) sampai keatas (puncak) dipengatuhi oleh faktor-faktor tekanan akar, transpirasi, gaya kohesi, dan anatomi xilem (http://jendelailmu.blogspot.com, 2009).
            Pengangkutan zat hara secara longitudinal dari akar kedaun. Tetapi dapat juga secara transversal. Pengangkutan secara transversal itu berlangsung melalui jari-jari empulur dengan cara batang tanaman dipangkas dan menunjukkan bahwa daun tersebut biasa saja seperti dengan akar yang masih utuh (Tjitrosomo, 1987).
            Pengangkutan floem harus meliputi pergerakan sejumlah besar bahan organik pada jarak yang jauh dalam waktu yang agak singkat. Kadar pergerakan telah ditentukan melalui analisis pengeluaran sap melalui stilet afid diantara dua bagian batang. Bahan tampaknya bergerak melalui floem pada kadar 60 hingga 100 cm / jam dan mungkin 300 cm / jam (Pardey dan Sinha, 1995).
            Air dapat memasuki akar tumbuhan berbunga dengan hanya bergerak diantara sel-sel epidermis dan korteks melalui dinding sel selanjutnya memasuki sel endodermis untuk sampai ke xilem dan menuju kebatang dan daun            (Suseno, 1994).

























BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan

            Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada ketinggian ±25 dpl, pada  hari Sabtu 12 september 2009 pukul. 08.00 WIB sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat Percobaan

Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Pacar air (Balsamina impatient) dan Bayam duri (Amaranthus sp.) sebagai objek percobaan, larutan eosin sebagai larutan untuk melihat bagaimana sistem transportasi tanaman, vaseline untuk melapisi daun.
            Adapun alat yang digunakan adalah erlenmeyer sebagai wadah percobaan, pisau sebagai alat potong, rol sebagai alat ukur, stopwatch sebagai pengukur waktu, kalkulator sebagai alat hitung.

Prosedur Percobaan

-         Disediakan tanaman dengan ukuran sama
-         Dipotong bagian pangkal akar dan dikupas kulit batangnya
-         Masing-masing tanaman diberi perlakuan
- pada bagian ujung pangkal diberi vaseline (xilem + vaseline)
- pada bagian batang yang dikupas diberi vaseline (floem + vaseline)
-    Dimasukkan larutan eosin kedalam erlenmeyer lalu direndam tanaman
      selama ± 30 menit
-         Diukur ketinggian larutan eosin dan laju transpirasinya

V =   Tinggi larutan eosin
                  Waktu



















HASIL DAN PEMBAHASAN



Hasil


Komoditi : Pacar Air (Balsamina impatient)

Perlakuan
Tinggi Larutan eosin
V = mm / detik
Xilem + vaseline
310 mm
0,172
Floem + vaseline
430 mm
0,238

Komoditi : Bayam Duri (Amaranthus sp.)

Perlakuan
Tinggi Larutan eosin
V = mm / detik
Xilem + vaseline
150 mm
0,083
Floem + vaseline
160 mm
0,088


Perhitungan

Komoditi : Pacar Air (Balsamina impatient)
 - Xilem + vaseline
Tinggi Larutan Eosin = 31 cm = 310 mm
V = tinggi larutan eosin / waktu
    = 310 mm / 1800 detik = 0,172 mm/detik
 - Floem + vaseline
Tinggi larutan Eosin = 43 cm = 430 mm
V = tinggi larutan / waktu
    = 430 mm / 1800 detik= 0,238 mm/detik


Komoditi : Bayam Duri (Amaranthus sp.)
 - Xilem + vaseline
Tinggi larutan eosin = 15 cm = 150 mm
V = tinggi larutan / waktu
    = 150 mm / 1800detik  = 0,083 mm/detik
 - Floem + vaseline
Tinggi Larutan Eosin = 16 cm = 160 mm
V = tinggi larutan / waktu
    = 160 mm / 1800 detik  = 0,088 mm/detik

Pembahasan

            Dari percobaan yang dilakukan, kecepatan pergerakan zat hara yang paling besar adalah Pacar air (Balsamina impatient) yaitu sebesar 0,238 mm/detik pada perlakuan floem + vaseline. Hal ini disebabkan oleh dilapisinya bagian samping batang dengan vaseline, sehingga lebih memudahkan zat hara masuk dibandingkan dengan bagian bawah batang, dikarenakan disisi batang terdapat gaya kapilaritas. Hal ini sesuai dengan literatur             http://ahlusunnah.blogspot.com (2009) yang menyatakan bahwa fungsi floem adalah sebagai alat transportasi zat anorganik yang mempunyai daya kapilaritas yang tinggi.
Dari percobaan yang dilakukan, didapat xilem + vaseline pada   percobaan
Pacar air (Balsamina impatient) kecepatan pergerakan zat hara sebesar 0,172 mm/detik dan Bayam duri (Amaranthus sp.) sebesar 0,083 mm/detik. Hal ini dikarenakan xilem harus memfokuskan energinya terlebih dahulu agar dapat naik kepermukaan daun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harron (1980) yang menyatakan bahwa sistem kerja xilem hanya dapat memfokuskan energi yang dapat mentransportasikan unsur dalam tanaman keatas sehingga dapat memfokuskan energi yang dimilikinya untuk mengangkut unsur hara tersebut.
            Dari percobaan didapat faktor-faktor yang mempengaruhi percepatan pergerakan unsur hara dan pergerakan air dari bawah akar sampai keatas puncak yaitu tekanan akar, transpirasi, gaya kohesi, dan anatomi xilem. Hal ini sesuai dengan literatur http://jendelailmu.blogspot.com (2009) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mampu membuat air bergerak dari akar sampai kepuncak pohon yang tinggi adalah tekanan akar, transpirasi, gaya kohesi dan anatomi xilem.
            Dari percobaan didapat tinggi larutan eosin pada                                  Pacar air (Balsamina impatient) yaitu pada perlakuan floem + vaseline 430 mm dan pada Bayam duri (Amaranthus sp.) yaitu pada perlakuan floem + vaseline 160 mm. Hal ini disimpulkan bahwa larutan eosin yang tertinggi terdapat pada komoditi Pacar air (Balsamina impatient). Hal ini disebabkan karena struktur batang dari Pacar air (Balsamina impatient) lebih lunak dan gampang meresap air dari pada Bayam duri (Amaranthus sp.) yang mempunyai batang lunak atau basah dan  pangkal tangkai daunnya terdapat duri sehingga disebut bayam duri. Hal ini sesuai dengan literatur http://www.iptek.net.id (2009) yang menyatakan bahwa        Bayam duri (Amaranthus sp.) mempunyai batang lunak atau basah, tingginya dapat mencapai 1 meter. Sebagai tanda khas dari tumbuhan bayam duri yaitu pada pohon batang, tepatnya di pangkal tangkai daun terdapat duri, sehingga orang mengenal sebagai bayam duri.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

  1. Kecepatan larutan eosin pada tanaman Pacar air (Balsamina impatient) pada perlakuan xilem + vaseline adalah 0,172 mm / detik.
  2. Kecepatan larutan eosin pada tanaman Pacar air (Balsamina impatient) dengan perlakuan floem + vaseline adalah 0,238 mm / detik.
  3. Kecepatan larutan eosin pada tanaman Bayam Duri (Amaranthus sp.) dengan perlakuan xilem + vaseline adalah 0,083 mm / detik. sedangkan Kecepatan larutan eosin pada tanaman Bayam Duri (Amaranthus sp.) pada perlakuan floem + vaseline adalah 0,088 mm / detik.
  4. Faktor-faktor yang mempengaruhi percepatan pergerakan unsur hara dan air adalah tekanan akar, transpirasi, gaya kohesi, dan anatomi xilem.
  5. Kecepatan pergerakan zat hara yang paling besar adalah pada tanaman Pacar air (Balsamina impatient) dengan perlakuan floem + vaseline sebesar 0,238 mm / detik.

Saran

            Hendaknya tanaman yang digunakan untuk praktikum adalah tanaman muda untuk mendapatkan hasil yang lebih halus.
           



     


DAFTAR PUSTAKA



Dwidjoseputro, D., 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia Pustaka
            Utama, Jakarta.

Fitter, A.H. dan R.K.N Hay, 1982. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Terjemahan
            S. Andani. UGM Press, Yogyakarta.

Goldworthy, P.R. dan N.M Fisher, 1996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.
            UGM Press, Yogyakarta.

Harron, S.S., 1980. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta.

http://ahlusnnah.blogspot.com, 2009. Transportasi Tumbuhan. Diakses pada
             tanggal 23 September 2009.

http://jendelailmu.blogspot.com, 2009. Fisiologi Tanaman. Diakses pada tanggal
            23 September 2009.

Lakitan, B., 1995. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Press, Jakarta.

________,  1999.  Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Press, Jakarta.

Loveles, A.R., 1991. Prinsip-prinsip Fisiologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik.
            Gramedia, Jakarta.

Mader, S.S., 1995. Biologi 3. Diterjemahkan oleh B.S. Poernomo. Kucica.

Mukherji, S. dan A.K. Ghosh, 1996. Plant Physiology. Tata McGraw-Hill
            Publishing Company Limited, New Delhi.

Pardey, S.N. dan B.K.Sinha, 1995. Plant Physiology. Ulkas Publishing House
            PLTD, India.

Salisbury, F.B. dan C.W.Ross, 1995. fisiologi Tumbuhan Jilid satu.Diterjemahkan
            Oleh : D.R.Lukman dan Sumaryono. ITB-Press, Bandung.

Schlegel, H.G., 1999. Mikrobiologi Umum Edisi keenam. Diterjemahkan Oleh :
            R.M tedjo Baskoro. UGM-Press, Bogor.

Suseno, H.,1994. Fisiologi Tumbuhan. IPB-Press, Bogor.

Teddy, 2009. Transportasi pada Tumbuhan. http://tedbio.multiply.com
            Pada tanggal 10 September 2009.

Tjitrosomo, S.S., 1987. Botani Umum. Angkasa, Bandung.
Wilmer. 1985. Principle Of Dispersial in Higher Plants. New York.




           

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

LapoRan KesTan"pemberian pupuk kimia pada tanah Entisol Marelan"

PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Para ahli botani dan pertanian memperkirakan tanaman jagung berasal dari Benua Amerika yang beriklim tropik. Nikolai Ivanovich Vavilov memastikan daerah asal sentrum tanaman jagung adalah Meksiko bagian selatan dan Amerika bagian tengah. Penyebaran tanaman jagung ke berbagai negara di dunia diperkirakan terjadi ratusan tahun yang lalu. Penyebaran jagung ke Benua Eropa diperkirakan dibawa oleh Christopher Columbus sekitar tahun 1942, kemudian menyebar ke seluruh dunia (Rukmana, 1997a).
            Tanah Entisol merupakan tanah yang relatif kurang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman, sehingga perlu upaya untuk meningkatkan produktivitasnya dengan jalan pemupukan. Sistem pertanian konvensional selama ini menggunakan pupuk kimia dan pestisida yang makin tinggi takarannya. Peningkatan takaran ini menyebabkan terakumulasinya hara yang berasal dari pupuk/pestisida di perairan maupun air tanah, sehingga mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan. Tanah sendiri juga akan mengalami kejenuhan dan kerusakan akibat masukan teknologi tinggi tersebut. Atas latar belakang tersebut mulai dikembangkan sistem pertanian organik yang dahulu telah lama dilakukan oleh nenek moyang kita. Beberapa petani di Sleman dan Magelang telah melakukannya, sementara yang lain belum tertarik karena belum mengetahui manfaatnya terutama terhadap perbaikan sifat tanah (Anonimous, 2010a).
Pupuk, dalam arti luas, mencakup semua bahan-bahan yang ditambahkan ke tanah untuk memberikan unsur tertentu yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Pupuk tidak mengandung unsur hara tanaman dalam bentuk unsur seperti nitrogen, fosfor, atau kalium, tetapi hara terdapat dalam senyawa yang menyediakan bentuk ion hara yang dapat diserap oleh tanaman (Foth, 1994).
Unsur hara fungsional adalah unsur  hara metabolisme, yang mengandung pengertian fungsi tiap unsur mineral di dalam metabolisme tanaman memperlihatkan apakah peranannya spesifik atau tidak (Nyakpa, dkk, 1988).
Dari keteranggan di atas, maka perlu diketahui bagaimana tingkat kesuburan tanah pada tanah Entisol Marelan, dan bagaimana pengaruh pemberian pupuk-pupuk kimia terhadap perkembangan tanaman yang akan dibudidayakan di tanah tersebut untuk mendapatkan produksi yang optimal. Selain itu juga perlu diketahui pemberian pupuk yang optimal pada tanah tersebut.
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah pengaruh pemberian pupuk kimia pada tanah Entisol Marelan terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) dengan Metode Substraksi.

Hipotesa Percobaan
-         Adanya pengaruh pengurangan salah satu unsur hara terhadap pertumbuhan tanaman Jagung (Zea mays L.) pada tanah Entisol Marelan
-         Pemberian pupuk kimia berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.)
-         Interaksi pemberian pupuk kimia terhadap jenis tanah Entisol berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.)
-         Pemberian pupuk kimia dengan pupuk lengkap lebih baik daripada dikurangi satu jenis pupuk dan berpengaruh nyata pada pertumbuhan jagung (Zea mays L.)
Kegunaan Percobaan
-         Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Test di Laboratorium Kesuburan Tanah dan Pemupukan Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
-         Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan















TINJAUAN PUSTAKA
Tanah Entisol
Tanah yang kecil atau sedikit pembangunan dan sifat yang mencerminkan bahan induk mereka (root ent dari kata terakhir). Mereka termasuk tanah di lereng curam, dataran banjir, dan bukit pasir. Mereka juga terbentuk pada batuan sangat resisten atau deposito dalam pasir. Mereka terjadi di banyak lingkungan. Mereka memiliki fitur tidak okrik dan diagnostik. Urutan profil khas akan A, C, atau A, B, C (di mana Bw tidak kambik karena terlalu berpasir) (Anonimous, 2010b).
Entisol adalah tanah yang cenderung untuk berasal baru. Tanah ini ditandai dengan kemudaannya dan tidak adanya horizon genesis alami atau hanya mempunyai permulaan horizon. Konsep pusat Entisol adalah tanah di dalam regolit yang dalam atau bumi tanpa horizon kecuali barangkali suatu lapisan bajak. Akan tetapi, beberapa Entisol mempunyai horison plagen, agrik atau A2 (albik), dan beberapa mengandung batu keras yang dekat dengan permukaan (Foth, 1994).
Entisol adalah tanah yang muda (belum berkembang) dan dangkal, dicirikan oleh profil A/C atau A/R. Tanah ini masih belum sempurna dan memiliki profil yang horison B-nya belum berkembang. Tanah tidak memiliki banyak horison yang hanya berupa lapisan-lapisan tanah, karena beberapa alasan seperti waktu, pembentukannya masih baru, berada pada lereng atau pada slope yang tererosi, menerima deposit (endapan) banjir, dan sebagainya. Sebagai contoh tanah-tanah endapan sepanjang sungai, tanah berpasir lepas di lereng atas dan bawah, daerah vulkan atau tanah pasir pantai laut yang lepas dan belum membentuk struktur tanah (Musa, dkk, 2006).  
Nilai reaksi tanah sangat beragam mulai dari pH 2,5 sampai 8,5, kadar bahan organik tergolong rendah dan biasanya kurang dari 1 persen, kejenuhan basa sedang hingga tinggi dengan KTK sangat beragam, karena sangat tergantung pada jenis mineral liat yang mendominasinya, kadar hara tergantung bahan induk, permeabilitas lambat dan peka erosi (Munir, 1996).
Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Botani Tanaman
            Menurut Rukmana (1997a), kedudukan tanaman jagung dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
 Kingdom         : Plantae
Divisio              : Spermathophyta
Subdivisio         : Angiospermae
Kelas               : Monocotyledoneae
Ordo                : Graminales
Famili               : Graminaceae
Genus               : Zea
Spesies : Zea mays L.
            Akar seminal tumbuh pada saat biji berkecambah yang dicirikan dengan arah pertumbuhan akar ke bawah atau menembus tanah. Akar koronal muncul dari jaringan batang setelah plumula tumbuh. Akar udara tumbuh pada buku-buku di atas permukaan tanah yang berfungsi untuk asimilasi dan pendukung batang terhadap kerebahan (Rukmana, 1997b).
            Batang tanaman jagung beruas-ruas (berbuku-buku) dengan jumlah ruas bervariasi antara 10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang, kecuali pada jagung manis sering tumbuh beberapa cabang (beranak) yang muncul dari pangkal batang. Panjang batang jagung berkisar antara 60 cm-300 cm, tergantung pada tipe jagung. Ruas-ruas batang bagian atas berbentuk silindris dan ruas-ruas batang bagian bawah berbentuk bulat agak pipih (Rukmana, 1997a).
            Daun terdiri atas pelepah daun dan helaian daun. Helaian daun memenjang dengan ujung daun meruncing. Antara pelepah daun dan helaian daun dibatasi oleh spikula yang berguna untuk menghalangi masuknya air hujan/embun ke dalam pelepah daun (Suprapto, 1999).
            Tanaman ini berumah satu dengan bunga jantan tumbuh sebagai perbungaan ujung (tassel) pada batang utama (poros atau tangkai), dan bunga betina tumbuh terpisah sebagai perbungaan samping (tongkol) yang berkembang pada ketiak daun. Tanaman ini menghasilkan satu atau beberapa tongkol.     Kadang-kadang bunga jantan tumbuh pada ujung tongkol, dan bunga betina pada tassel (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman jagung sebaiknya mendapat cahaya matahari langsung. Pada waktu tanaman malai tua, terutama menuju masaknya biji dibutuhkan keadaan yang panas dan intensitas sinar matahari yang cukup bila tidak maka produksi yang dihasilkan akan menjadi kurang baik (Ginting,1995).
Tingginya produksi jagung semi (baby corn) dipengaruhi oleh sifat genetik (varietas) dan interaksinya dengan lingkungan tumbuh (environmental). Tanaman jagung membutuhkan suhu hangat antara 210C – 320C dengan suhu optimum untuk pertumbuhan berkisar antara 230C – 270C, dan kelembapan udara (Rh)              50% - 80% (Rukmana, 1997a).
Pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan ideal sekitar               85-200 mm/bulan dan harus merata. Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara       0-50o LU hingga 0-40o LS (Anonimous, 2010c).
Tanah
Jagung manis tumbuh pada berbagai jenis tanah. Tanah liat lebih disukai karena mampu menahan lengas yang tinggi. Tanaman ini peka terhadap tanah masam, dan tumbuh baik pada kisaran pH tanah antara 6,0 dan 6,8 dan agak toleran terhadap kondisi basa (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tanaman jagung membutuhkan tanah yang bertekstur lempung, lempung berdebu atau lempung berpasir, dengan struktur tanah remah, aerasi dan drainasenya baik, serta cukup air. Keadaan tanah demikian dapat memicu pertumbuhan dan produksi jagung bila tanah tersebut subur, gembur, dan kaya akan bahan organik. Tanah-tanah yang kekurangan air dapat menimbulkan penurunan produksi jagung hingga 15% (Rukmana, 1997b).
Unsur Hara
Nitrogen (N)
Sumber utama nitrogen adalah nitrogen bebas (N) di atmosfir, yang takarannya mencapai 78 persen volume, dan sumber lainnya senyawa-senyawa nitrogen yang tersimpan dalam tubuh jasad. Nitrogen sangat jarang ditemui menjadi komponen pelikan oleh karena wataknya yang mudah larut air. Watak ini juga menjadikan endapan-endapan nitrogen yang cukup banyak hanya ditemui di daerah beriklim kering dan itupun terbatas secara setempat (Mas’ud, 1999).
Fungsi nitrogen yang selengkapnya bagi tanaman adalah sebagai berikut:
1)      untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman
2)      dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang lebih hijau
3)      meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman
4)      meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan
5)      meningkatkan berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam tanah
(Sutedjo, 2002).
Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk ion NO3- atau NH4+ dari tanah. Kadar nitrogen rata-rata dalam jaringan tanaman adalah 2 %- 4% berat kering. Tanaman di lahan kering umumnya menyerap ion nitrat NO3- relatif lebih besar jika dibandingkan dengan ion NH4+ (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Pupuk nitrogen (N) termasuk pupuk kimia buatan tunggal. Jenis pupuk ini termasuk pupuk makro. Sesuai dengan namanya, pupuk-pupuk dalam kelompok ini didominasi oleh unsur nitrogen (N). Adanya unsur lain di dalamnya lebih bersifat sebagai pengikat atau juga sebagai katalisator. Urea adalah pupuk buatan hasil persenyawaan NH4 (amonia) dengan CO2. Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan merupkan hasil ikutan hasil tambang minyak bumi. Kandungan N total berkisar antara 45-46 %. Urea mempunyai sifat higroskopis atau mudah menyerap air dari udara. Pada kelembaban udara 73 % urea akan berubah menjadi air karena uap air di udara ditarik ke dalam pupuk (Marsono dan Sigit, 2001).
Fosfor (P)
Sumber dan cadangan fosfor (P) alam adalah kerak bumi yanag kandungannya mencapai 0,12 % P, dalam bentuk batuan, fosfat, endapan guano dan endapan fosil tulang. Pelikan organik tanah yang mengandung P antara lain: asam nukleat, fitin dan turunannya, fosfolida, fosfoprotein, fosfat inositol dan fosfat metabolik (Mas’ud, 1999).
Secara umum, fungsi dari P (fosfor) dalam tanaman dapat dinyatakan sebagai berikut:
1)      dapat mempercepat pertumbuhan akar semai
2)      dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa pada umumnya
3)      dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah
4)      dapat meningkatkan produksi biji-bijian
(Sutedjo, 2002).
Fosfor diserap tanaman dalam bentuk H2PO4-, HPO42- dan PO42- atau tergantung dari nilai pH tanah. Fosfor sebagian besar berasal dari pelapukan bahan organik. Walaupun sumber fosfor di dalam tanah cukup banyak              (Novizan, 2002).
Jenis pupuk super fosfat ini muncul sebagai akibat sulitnya mendapatkan kandungan dasar pupuk TSP yang masih harus diimpor. Oleh karena itu, kadar fosfat pada SP-36 jauh lebih rendah dari TSP, yakni hanya 36 %. Sementara            sifat-sifat yang lain, seperti bentuk, ukuran, warna, dan tingkat kekerasannya hampir sama (Marsono dan Sigit, 2001).
Kalium (K)
Salah satu jenis pupuk kalium yang dikenal adalah KCl. Pupuk KCl yang dikenal selama ini sebagian besar merupakan hasil tambang. Kandungan utama dari endapan tersebut adalah KCl dan sedikit K2SO4. Karena umumnya tercampur dengan bahan lain, seperti kotoran, pupuk ini harus dimurnikan terlebih dahulu. Hasil pemurniannya mengandung K2O sampai 60 % (Marsono dan Sigit, 2001).
Elemen ini dapat dikatakan bukan elemen yang langsung pembentuk bahan organik. Dalam hal ini dapat pula ditegaskan bahwa kalium berperan membantu:
1)      pembentukan protein dan karbohidrat
2)      mengeraskan jerami dan bagian kayu dari tanaman
3)      meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit
4)      meningkatkan kualitas biji/buah
(Sutedjo, 2002).
Kalium diserap dalam bentuk K+ (terutama pada tanaman muda). Menurut penelitian, kalium banyak terdapat pada sel-sel muda atau bagian tanaman yang banyak mengandung protein, inti-inti sel tidak mengandung kalium                  (Sutedjo, 2002).
Magnesium (Mg)
Pupuk magnesium pun tergolong pupuk tunggal. Ada dua macam pupuk magnesium yang beredar di pasaran yaitu kieserit dan dolomit. Di pasaran, pupuk magnesium sulfat juga sering disebut kieserit. Rumus kimianya adalah MgSO4.2H2O. Bahan dasar yanag digunakan dalam pembuatan pupuk ini adalah Mg(OH)2 disebut brucit dan MgCO3 yang disebut magnesit. Kandungan kieserit murni terdiri dari 29 % MgO dan 23 % S (Lingga dan Marsono, 2000).
Agar tercipta hijau daun yang sempurna dan terbentuk karbohidrat, lemak dan minyak-minyak, magnesiumlah biangnya. Magnesium (Mg) pun memegang peranaan penting dalam transportasi fosfat dalam tanaman. Dengan demikian kandungan fosfat dalam tanaman dapat dinaikkan dengan jalan menambah unsur magnesium (Lingga dan Marsono, 2000).
Magnesium (Mg) diserap oleh tanaman dalam bentuk Mg2+ dari larutan tanah dan seperti Ca+ dialirkan ke akar tanaman dengan cara difusi dan massflow. Peranan Mg2+ dalam intersepsi akar tidak sebanyak yang diberikan Ca2+. Jumlah Mg2+ yang diperlukan tanaman biasanya tidak sebanyak dari pada Ca2+ atau K+ (Tisdale, et al., 1993).



Defisiensi Unsur Hara
Nitrogen (N)
Jika terjadi kekurangan (defisiensi) nitrogen, tanaman tumbuh pendek dan kerdil. Daunnya berwarna hijau muda. Sementara itu, daun-daun yang lebih tua menguning dan akhirnya kering. Di dalam tubuh tanaman, nitrogen bersifat dinamis (mobil) sehingga jika terjadi kekurangan nitrogen di bagian pucuk, nitrogen yang tersimpan pada daun tua akan dipindahkan ke organ yang lebih muda. Dengan demikian, pada daun-daun yang mengalami gejala kekurangan nitrogen akan terlihat lebih awal (Novizan, 2002).
Tanah yang kekurangan nitrogen menyebabkan tanaman tumbuh kerempeng dan tersendat-sendat. Daun menjadi hijau muda, terutama daun yang sudah tua, lalu berubah menjadi kuning. Selanjutnya daun mengering mulai dari bawah ke bagian atas. Jaringan-jaringannya mati, mengering, lalu meranggas. Bila tanaman sempat berbuah, buahnya akan tumbuh kerdil kekuningan dan lekas matang. Kalau pada tanah tersebut tidak diberi pupuk yang mengandung unsur nitrogen maka selamanya tanaman akan tumbuh seperti dijelaskan di atas                 (Lingga dan Marsono, 2000).
Pemberian nitrogen yang terlalu banyak dapat mengakibatkan sebagai berikut:
1.     tanaman rebah
2.     meningkatkan kepekaan tanaman terhadap berbagai penyakit
3.     tanaman terlambat masak. Banyak nitrogen menyebabkan tumbuh suburnya vegetasi tanaman (pembentukan ranting dan daun-daunan). Namun dalam pembentukan generasi (kembang dan buah) ia terlambat
4.     kualitas produk kurang baik.
(Rinsema, 1993).
Fosfor (P)
Di dalam tanaman P merupakan unsur yang mobil, dan bilamana terjadi kekurangan unsur ini pada suatu tanaman, maka P pada jaringan-jaringan tua akan ditranslokasikan ke jaringan yang masih aktif. Apabila terjadi kekurangan unsur P akan menghambat pertumbuhan tanaman, dan gejalanya sulit diketahui sebagaimana gejala-gejala yang kelihatan pada tanaman-tanaman yang kekurangan unsur N dan K (Nyakpa, dkk, 1988).
Tanah yang kekurangan fosfor pun akan jelek akibatnya bagi tanaman. Gejala yang tampak ialah warna daun seluruhnya berubah kelewat tua dan sering tampak mengkilap kemerahan. Tepi daun, cabang, dan batang terdapat warna merah ungu yang lambat laun berubah menjadi kuning. Kalau tanamannya berbuah, buahnya kecil, tampak jelek dan lekas matang. Pada tanah seperti itu perlu diberi pupuk yang mengandung unsur fosfor. Kalau tidak, tanaman akan tetap bernasib jelek (Lingga dan Marsono, 2000).
Jika fosfor kekurangan dalam tanah, maka pembelahan sel di dalam jaringan tanaman terganggu dan pertumbuhan tanaman kerdil (stunt). Warna hijau gelap yang berasosiasi dengan warna ungu (purple) pada daun tanaman muda merupakan gejala kekurangan yang khas (Lubis, dkk, 1986).
Kalium (K)
Tanaman yang tumbuh pada tanah yang kekurangan unsur kalium akan memperlihatkan gejala-gejala seperti daun mengerut atau keriting terutama pada daun tua walaupun tidak merata. Kemudian pada daun akan timbul bercak-bercak merah cokelat. Selanjutnya, daun akan mengering, lalu mati. Buah tumbuh tidak sempurna, kecil, mutunya jelek, hasilnya rendah dan tidak tahan simpan     (Lingga dan Marsono, 2000).
Kekurangan kalium mengakibatkan klorotik pada daun dan bintik-bintik pada pinggiran daun yang mengelilingi permukaan daun tanaman (Jumin, 1994).
Pada kebanyakan tanaman kekurangan kalium, biasanya muncul sebagai suatu “pengering daun”. Tanaman jagung menunjukkan kebutuhan akan kalium dengan menguningnya ujung-ujung dan pinggir-pinggir daun sebelah bawah. Pewarnaan ini tidak meluas sampai ke tulang tengah, seperti pada kekurangan nitrogen, tetapi secara perlahan-lahan menyebar ke atas dan ke dalam dari ujung dan pinggir-pinggir daun (Foth, 1994).
Magnesium (Mg)
Gejala pertama yang terlihat pada tanaman yang kekurangan magnesium (Mg) ialah daun tua mengalami klorosis dan tampak ada bercak-bercak cokelat. Daun yang semula hijau segar menjadi kekuningan dan tampak pucat. Warna kekuningan ini pun timbul diantara tulang-tulang daun. Daun mengering dan kerap kali langsung mati (Lingga dan Marsono, 2000).
Gejala kekurangan magnesium defisiensi pada daun-daun tua, daun menguning karena pembentukan klorofil terganggu garis-garis kuning terganggu, pada daun muda keluar lendir terutama bila sudah lanjut (Hardjowigeno, 2003).
Pada umumnya apabila tanaman kahat Mg jumlah N-protein turun dan N-non protein meningkat. Dapat disimpulkan bahwa kekahatan Mg menghambat sintesis protein. Pengaruh ini kemungkinan besar karena terjadinya penguraian dalam ribosom ini terjadi proses protein menjadi unit-unit yang lebih kecil (Nyakpa, dkk, 1988).











BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan ini dilakukan di Lahan Praktikum dan Laboratorium Kesuburan Tanah dan Pemupukan Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl. Percobaan ini dilakukan pada bulan Februari 2010 sampai dengan bulan Mei 2010.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tanah Entisol Marelan sebagai media percobaan, pupuk Kieserit, SP-36, Urea, dan KCl sebagai penambah unsur hara, benih jagung (Zea mays L.) sebagai objek percobaan, polybag sebagai wadah tanah, label nama untuk menandai polybag, air untuk menyiram tanaman.
            Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah cangkul untuk membersihkan lahan dan mengambil tanah, timbangan untuk menimbang tanah dan pupuk serta berat tanaman, ayakan tanah untuk menghasilkan tanah yang lebih halus, pacak untuk tiang spanduk, spanduk untuk memagari lahan, batu bata untuk dudukan polybag, meteran untuk mengukur tinggi tanaman, jangka sorong untuk mengukur diameter batang, oven untuk mengovenkan tanah dan tanaman, gembor untuk menyiram tanaman, goni untuk penyimpan tanah dari tempat pengambilan tanah.



Metode Percobaan
Adapun metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah Metode Substraksi.
Pelaksanaan Percobaan
Di Laboratorium
-         Diambil 10 gr tanah Entisol kering udara
-         Diovenkan selama 24 jam
-         Dihitung %KA nya dengan rumus
%KA= BTKU-BTKO x 100%
BTKO

-         Diambil 25 gram tanah kering udara
-         Dijenuhkan selama 24 jam
-         Diambil 10 gram tanah dalam keadaan kapasitas lapang
-         Diovenkan selama 24 jam
-         Dihitung %KL-nya dengan rumus:
%KL= BTKL-BTKO x 100%
BTKO

-         Dihitung berat tanah yang dibutuhkan untuk setiap polibag bila dikehindaki berat tanah tanpa air 5 kg dengan rumus:
BTKU= 5 + (5 x %KA)




Di Lapangan
-         Diambil tanah yang akan dipercobakan di daerah yang telah ditetapkan           ± 250 kg.
-         Dimasukkan ke dalam goni/karung.
-         Dibuka dan dikering udarakan.
-         Dikeringkan dan diayak dengan ayakan pasir, jika keras dihancurkan dengan batu.
-         Ditimbang tanah kira-kira 5 kg dan dimasukkan ke dalam polybag sampai 26 polybag (ulangan I dan II).
-         Diletakkan di atas batu-bata dan disusun 2 baris memanjang dengan berbagai perlakuan secara berurutan:
Ulangan I
Kontrol
lengkap
-N
-P
-K
-Ca
-Mg
-NP
-NK
-PK
-KCa
-CaMg
-NPK

Ulangan II
Kontrol
lengkap
-N
-P
-K
-Ca
-Mg
-NP
-NK
-PK
-KCa
-CaMg
-NPK

-         Dijenuhkan air selama 24 jam
-         Dibuat perhitungan pupuk dan  kadar air agar diketahui berapa gram pupuk yang diberikan ke tanah dan berapa liter air yang diberikan ke tanah setiap hari.
-         Dimasukkan semua jenis pupuk ke dalam polybag secara berurutan dan sesuai dengan perlakuan masing-masing.
-         Diaduk pupuk (dicampurkan dengan tanah) agar pupuknya tidak menguap
-         Dibiarkan selam 24 jam.
-         Ditanam bibit jagung ke polybag masing-masing 2 buah dengan jarak yang agak jauh dan tidak terlalu dalam.
-         Disiram setiap hari sesuai dengan kebutuhannya.
-         Diambil data setiap minggu dari satu jagung yang menjadi parameter adalah tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, dan gejala visual.
-         Diambil data berat kering bagian bawah dan bagian atas tanaman ketika panen.
-         Dicatat hasilnya.
-         Dihitung persentase terhadap lengkap dengan rumus :
Nilai perlakuan lain              x 100 %
Nilai perlakuan lengkap
-         Ditentukan kriterianya berdasarkan nilai yang diperoleh sesuai dengan :
% terhadap lengkap                        Kriteria
0-20 %                                          Gawat
21-50 %                                        Berat
51-89 %                                        Sedang
> 89 %                                           Cukup
Peubah Amatan
-     Tinggi Tanaman (cm)
-     Jumlah Daun (helai)
-     Diameter Batang (mm)
-     Gejala Visual
-     Berat Kering Atas (g)
-     Berat Kering Bawah (g)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel Kriteria Tinggi Tanaman
Perlakuan
Rataan
Persentase Terhadap Lengkap
Kriteria
Kontrol
79,1
49,42 %
berat
- N
189,05
118,12 %
cukup
- P
158,75
99,19 %
cukup
- K
169,35
105,81 %
cukup
- Ca
141,05
88,13 %
sedang
- Mg
140,85
88,0 %
sedang
- NP
76,5
48,0 %
berat
- NK
166,65
104,12 %
cukup
- PK
154,05
96,2 %
cukup
- KCa
136,75
85,4 %
sedang
-CaMg
134,45
84,0 %
sedang
-NPK
65,7
41,0 %
berat

Tabel Kriteria Jumlah Daun
Perlakuan
Rataan
Persentase Terhadap Lengkap
Kriteria
Kontrol
7
56 %
sedang
- N
13,5
108 %
cukup
- P
11
88 %
sedang
- K
12
95 %
cukup
- Ca
10,5
84 %
sedang
- Mg
10,5
84 %
sedang
- NP
9
72 %
sedang
- NK
12,5
100 %
cukup
- PK
11
88 %
sedang
- KCa
10
80 %
sedang
-CaMg
9,5
76 %
sedang
-NPK
8,5
68 %
sedang





Tabel Kriteria Diameter Batang
Perlakuan
Rataan
Persentase Terhadap Lengkap
Kriteria
Kontrol
1,45
60,42 %
sedang
- N
2,9
120,83 %
cukup
- P
2,2
91,6 %
cukup
- K
2,1
87,5 %
sedang
- Ca
2,25
93,75 %
cukup
- Mg
2,6
108,33 %
cukup
- NP
1,35
56,2 %
sedang
- NK
3,1
129,17 %
cukup
- PK
2,1
87,5 %
sedang
- KCa
2,25
93,75 %
cukup
-CaMg
1,65
68,75 %
sedang
-NPK
1,35
56,2 %
sedang

Tabel Kriteria Bobot Kering Atas

Perlakuan
Rataan
Persentase Terhadap Lengkap
Kriteria
Kontrol
6
3,0 %
Gawat
- N
312,9
156 %
Cukup
- P
110,65
55,47 %
Sedang
- K
64,55
32,36 %
Berat
- Ca
94,8
47,5 %
Berat
- Mg
51,45
25,7 %
Berat
- NP
5,85
2,9 %
Gawat
- NK
260,6
130,6 %
Cukup
- PK
59,5
29,8 %
Berat
- KCa
49,6
24,8 %
Berat
- CaMg
52,5
26,3 %
Berat
- NPK
10,6
5,3 %
Gawat


Tabel Kriteria Bobot Kering Bawah

Perlakuan
Rataan
Persentase Terhadap Lengkap
Kriteria
Kontrol
4
4,3 %
Gawat
- N
216,65
236,2 %
Cukup
- P
111,2
121,2 %
Cukup
- K
83
90,6 %
Cukup
- Ca
51,65
56,3 %
Sedang
- Mg
66,35
72,35 %
Sedang
- NP
4,1
4,4 %
Gawat
- NK
222,45
242,5 %
Cukup
- PK
61,95
67,5 %
Sedang
- KCa
44,85
48,9 %
Berat
- CaMg
83,5
91,05 %
Cukup
- NPK
2,15
2,3 %
Gawat

Pembahasan
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pada parameter tinggi tanaman dengan perlakuan kontrol dan –NPK memiliki kriteria berat terhadap perlakuan lengkap dapat dilihat dengan persentasenya pada kontrol  49,42 % dan –NPK 41,0 %. Diketahui bahwa pada kontrol, tanah tidak diberikan penambahan unsur hara dan pada –NPK hanya diberikan pupuk kieserit yang mengandung unsur Mg. Hal ini dikarenakan tanah Entisol merupakan tanah yang miskin akan unsur hara dan defisiensi akan unsur hara N, P, dan K sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung. Kekurangan unsur hara ini dapat dilihat dari gejala visual yang menunjukkan bahwa pada daunnya bercak-bercak, kuning-kuning dan mengerut. Hal ini sesuai literatur Lingga dan Marsono (2000) yang menyatakan tanaman yang tumbuh pada tanah yang kekurangan unsur kalium akan memperlihatkan gejala-gejala seperti daun mengerut atau keriting terutama pada daun tua walaupun tidak merata. Kemudian pada daun akan timbul bercak-bercak merah cokelat. Selanjutnya, daun akan mengering, lalu mati. Serta  menyatakan juga bahwa tanah yang kekurangan fosfor pun akan jelek akibatnya bagi tanaman. Gejala yang tampak ialah warna daun seluruhnya berubah kelewat tua dan sering tampak mengkilap kemerahan. Tepi daun, cabang, dan batang terdapat warna merah ungu yang lambat laun berubah menjadi kuning. Sedangkan menurut literatur Novizan (2002) yang menyatakan jika terjadi kekurangan (defisiensi) nitrogen, tanaman tumbuh pendek dan kerdil. Daunnya berwarna hijau muda. Sementara itu, daun-daun yang lebih tua menguning dan akhirnya kering. 
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pada parameter jumlah daun kriteria perlakuan kontrol terhadap lengkap adalah sedang dengan persentase              56 %. Sedangkan pada perlakuan lain juga memiliki kriteria sedang dan beberapa cukup tetapi persentase terendah adalah 56 %. Hal ini dapat dilihat dari gejala visual yang diamati bahwa daun pada perlakuan kontrol sangat sedikit dan pertumbuhannya tidak baik jika dibandingkan dengan perlakuan lain. Dari hasil pengamatan visual dapat dikatakan bahwa tanaman kekurangan unsur N, karena dapat dilihat dari warna daun yang hijau muda dan tanamannya kerdil. Hal ini sesuai literatur Novizan (2002) yang menyatakan bahwa jika terjadi kekurangan (defisiensi) nitrogen, tanaman tumbuh pendek dan kerdil. Daunnya berwarna hijau muda. Sementara itu, daun-daun yang lebih tua menguning dan akhirnya kering. Di dalam tubuh tanaman, nitrogen bersifat dinamis (mobil) sehingga jika terjadi kekurangan nitrogen di bagian pucuk, nitrogen yang tersimpan pada daun tua akan dipindahkan ke organ yang lebih muda. Dengan demikian, pada daun-daun yang mengalami gejala kekurangan nitrogen akan terlihat lebih awal.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan diketahui bahwa pada parameter diameter batang diketahui kriteria terhadap lengkap pada perlakuan                  -NPK adalah sedang dengan persentase 56,2 %. Kekurangan pupuk N, P, dan K tentu saja sangat mempengaruhi perkembangan tanaman gejala yang ditimbulkan pada kekurangan unsur hara ketiganya akan terlihat sama pada pengamatan secara visual yaitu gejala pada daun. Gejala yang paling mencolok adalah tanaman pada perlakuan ini sangat kerdil dibandingkan yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kekurangan unsur N, P, atau K. Hal ini sesuai literatur Lubis, dkk (1986) yang menyatakan bahwa jika fosfor kekurangan dalam tanah, maka pembelahan sel di dalam jaringan tanaman terganggu dan pertumbuhan tanaman kerdil (stunt). Warna hijau gelap yang berasosiasi dengan warna ungu (purple) pada daun tanaman muda merupakan gejala kekurangan yang khas. Dan menurut literatur Sutedjo (2002) fungsi nitrogen yang selengkapnya bagi tanaman adalah sebagai berikut: untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang lebih hijau, meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman, meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan. Serta defisiensi unsur K, sesuai literatur Jumin (1994) yang menyatakan kekurangan kalium mengakibatkan klorotik pada daun dan bintik-bintik pada pinggiran daun yang mengelilingi permukaan daun tanaman.
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa bobot kering atas (tajuk) tanaman –NP memiliki persentase 2,9 % terhadap perlakuan lengkap yang memiliki kriteria gawat. Hal ini menunjukkan bahwa pada masa vegetatif tanaman jagung membutuhkan unsur N dan unsur P untuk pembelahan selnya sehingga pada perlakuan ini dimana tanah tidak diberikan penambahan unsur N dan P, bobot keringnya (biomassa) paling rendah dari perlakuan lainnya. Hal ini sesuai literatur Lingga dan Marsono (2000) yang menyatakan bahwa tanah yang kekurangan nitrogen menyebabkan tanaman tumbuh kerempeng dan                    tersendat-sendat. Daun menjadi hijau muda, terutama daun yang sudah tua, lalu berubah menjadi kuning. Selanjutnya daun mengering mulai dari bawah ke bagian atas. Jaringan-jaringannya mati, mengering, lalu meranggas. Dan sesuai literatur  Lubis, dkk (1986) yang menyatakan bahwa jika fosfor kekurangan dalam tanah, maka pembelahan sel di dalam jaringan tanaman terganggu dan pertumbuhan tanaman kerdil (stunt). Warna hijau gelap yang berasosiasi dengan warna ungu (purple) pada daun tanaman muda merupakan gejala kekurangan yang khas.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa bobot kering bawah pada perlakuan –NPK memiliki kriteria gawat dengan persentase terhadap lengkap adalah 2,3 %. Hal ini menunjukkan akar yang dihasilkan pada tanaman ini memiliki bobot yang sangat kecil. Perakaran biasanya dipacu oleh ketersedian unsur P di tanah. Karena unsur P memiliki fungsi untuk memepercepat pertumbuhan akar dan memperkuat pertumbuhannya. Hal ini sesuai literatur Sutedjo (2002) yang menyatakan bahwa secara umum, fungsi dari P (fosfor) dalam tanaman dapat dinyatakan sebagai berikut:
  1. dapat mempercepat pertumbuhan akar semai
  2. dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa pada umumnya
  3. dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah
  4. dapat meningkatkan produksi biji-bijian
berdasarkan literatur Lingga dan Marsono (2000) yang menyatakan bahwa tanah yang kekurangan nitrogen menyebabkan tanaman tumbuh kerempeng dan                    tersendat-sendat. Daun menjadi hijau muda, terutama daun yang sudah tua, lalu berubah menjadi kuning. Selanjutnya daun mengering mulai dari bawah ke bagian atas. Sedangkan menurut Lingga dan Marsono (2000) yang menyatakan tanaman yang tumbuh pada tanah yang kekurangan unsur kalium akan memperlihatkan gejala-gejala seperti daun mengerut atau keriting terutama pada daun tua walaupun tidak merata. Kemudian pada daun akan timbul bercak-bercak merah cokelat. Selanjutnya, daun akan mengering, lalu mati.





















KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
  1. Pada parameter tinggi tanaman perlakuan kontrol dan –NPK memiliki kriteria berat terhadap perlakuan lengkap dapat dilihat dengan persentasenya pada kontrol  49,42 % dan –NPK 41,0 % sedangkan persentase tertinggi terdapat pada perlakuan –N 118,12 % dengan kriteria cukup.
  2. Pada parameter jumlah daun kriteria perlakuan kontrol terhadap lengkap adalah sedang dengan persentase 56 % sedangkan kriteria tertinggi adalah cukup pada perlakuan –N 108 % .
  3. Pada parameter diameter batang diketahui kriteria terhadap lengkap pada perlakuan -NPK adalah sedang dengan persentase 56,2 % dan tertinggi pada perlakuan –NK 129,17 % dengan kriteria cukup.
  4. Pada parameter bobot kering atas (tajuk) tanaman –NP memiliki persentase 2,9 % terhadap perlakuan lengkap yang memiliki kriteria gawat dan tertinggi pada perlakuan –N 156 % dengan kriteria cukup .
  5. Pada parameter bobot kering bawah pada perlakuan –NPK memiliki kriteria gawat dengan persentase terhadap lengkap adalah 2,3 % serta persentase tertinggi terdapat pada perlakuan –NK yaitu 242,5 % dengan kriteria cukup.


Saran
            Sebaiknya tanaman pada lahan percobaan lebih dirawat dan diberikan cukup air sehingga dapat dibedakan dengan jelas antara defisiensi air dan defisiensi unsur hara.



















DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2010a. Entisol. Diakses dari http://www.akademik.unsri.ac.id                 [20 April 2010].
Anonimous, 2010b. The Twelve Soil Orders. Diakses dari http://www.soils.umn.edu  [9 April 2010].
Anonimous, 2010c. Jagung. Diakses dari http://www.scribd.com [27 April 2010].
Foth, H. D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Edisi Keenam. Terjemahan oleh Adi Sumarno. Erlangga. Jakarta.
Ginting, S., 1995. Jagung. USU-Press. Medan.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Jumin, H. B. 1994. Dasar-Dasar Agronomi . PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Lingga, P. dan Marsono. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Lubis, A. M., A. G. Amrah, M. A. Pulung, M. Y. Nyakpa, dan N. Hakim. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Universitas Lampung Press. Lampung.
Marsono dan P. Sigit. 2001. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mas’ud, P. 1999. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung.
Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Pustaka Jaya. Jakarta.
Musa, L., Mukhlis dan A. Rauf. 2006. Dasar Ilmu Tanah. FP USU. Medan.
Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Nyakpa, Y. A. M. Lubis, M. A. Pulung, A. G. Amrah, A. Munawar, G. B. Hong
dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung-Press. Lampung.
Rinsema, W.T. 1993. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bhratara. Jakarta.
Rosmarkam, A. dan N. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta.
Rubatzky, V. E., dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia. Terjemahan oleh Catur Herison. ITB-Press, Bandung.
Rukmana, R., 1997a. Budidaya Baby Corn. Kanisius. Yogyakarta.
                   ., 1997b. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Yogyakarta.
Suprapto. 1999. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sutedjo, M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Tisdale, S. L., W. L. Nelson, J. D. Beaton dan J. L. Havlin. 1993. Soil Fertility and Fertilizers. Macmillan PublishingCompany. New York


















  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS